15 September 2008

Duh Gusti...


Kaget, miris dan sedih.. Itulah kiranya reaksi yang kita rasakan saat melihat tayangan beberapa TV mengenai kondisi saudara-saudara kita ketika mereka berjuang untuk lepas dari himpitan, dorongan, injakan dan desakan untuk hanya sekedar menerima uang zakat senilai Rp.30.000,- dari seorang dermawan di Pasuruan.

Tayangan tersebut mengingatkan kita pada kondisi ril sebagian masyarakat (muslim) indonesia yang memang masih terpuruk dalam kondisi kemiskinan. Untuk sekedar mendapatkan uang sebesar itu saja kita rela mengorbankan nyawa. Hal ini bisa dimaklumi karena uang Sebesar itu bagi sebagian besar masyarakat kita memang cukup tinggi. Bisa jadi kebanyakan kita untuk memperoleh uang sebesar itu membutuhkan waktu beberapa hari kerja, itupun kalau toh pekerjaan itu ada.

Tentu saja kita tidak berhak menyalahkan kedua belah pihak baik muzakki maupun mustahiknya, karena disatu pihak sebagai muzakki mereka ingin menunaikan kewajibannya dengan cara yang mereka anggap benar, di pihak lain sebagai mustahik dalam kondisi yang memang 'serba susah' saat ini alangkah wajar sekiranya mereka ingin menerima haknya walaupun dengan cara yang membahayakan diri mereka sendiri. Yang perlu dipikirkan sekarang oleh Muzakki adalah bagaimana cara yang lebih baik dalam mendistribusikan kewajiban zakatnya, jangan sampai amal baik yang dilakukan membuahkan petaka bagi makhluk lainnya. Sedangkan bagi Mustahik tentu harus jeli melihat kondisi dan cara pembagian zakat yang tidak akan membahayakan jiwanya dan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari semua kejadian.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

walau bagaimanapun, kita harus berterima kasih kepada h. syaikhon dan para korban. karena, dg peristiwa yg menimpa mereka inilah, kita semakin tersadarkan akan pentingnya zakat dilakukan dg ikhlas dan profesional… :)